Sebuah Celotehan ...


Malam ini tidak seperti malam biasanya. Tepat pukul 21.00 tante ku pulang dari tempat kerjanya. Kubuka kan pintu untuk nya. Ketika ia turun dari mobil nya ia menegur ku dengan rasa kesalnya. Ia marah kepadaku dikarenakan aku tidak mengajari sepupu ku yang hendak mengikuti Ujian Nasional. Bukan maksud hati tidak mau mengajari nya , tetapi memang sepupu ku itu yang susah untuk diajak belajar. Yahhh... lagi – lagi aku tertimpa masalah. Bagaimanapun posisi aku disini selalu salah. Aku berkata A ya tetap aku yang salah. Aku berkata B apalagi, tambah salah. Ok aku terima semuanya, cacian makian yang keluar dari mulut tante ku itu. Aku akuin aku yang salah. tetapi , ketika aku sedang dilanda masalah ibu angkat ku yang biasa aku sebut dengan nenek sihir itu ikut campur dalam masalah ini. Aku pun tidak suka dengan perbuatannya.
Dalam masalah ini hanya aku , putra (sepupu ku itu) dan tante ku. Tetapi mengapa nene sihir itu mencampuri itu semua? Aku terima kalau ia bilang dengan nada suara yang pelan , tapi ini?  Seperti ia memarahiku dengan nada tinggi nya. Jujur aku kasihan dengan putra. Dia selalu dimarahin sana – sini karena ulah nya.
 Wajar ?? iya , bisa di bilang wajar. Karena ia sedang menjajaki proses kedewasaan. Ditambah ia anak laki – laki yang masih labil dalam pergaulannya. Terkadang aku memang kesal dengan ulahnya. Tapi bagaimanapun juga dia sepupu ku yang paling unique.
Nasib putra sama aku itu sama. Sama – sama diasuh sama keluarga sendiri. Hubungan keluarga kandung kita masih sama – sama dekat. Bedanya aku dengan Putra , Putra diasuh sama orang yang beruntung. Keluarga tante aku yang ini memang baik. Apalagi suami nya. Apapun yang diminta pasti diturutin. Begitulah kehidupan Putra dari kecil. Ia selalu dimanja dengan om dan tante ku ini. Sifat manja nya masih kebawa sampai sekarang. Ditambah ayah kandung nya meninggal dunia ketika ia masih duduk di bangku SD. Mungkin ini cobaan om dan tante ku untuk merawat ank yatim dengan ulah nya yang membuat kesal setiap orang. Walaupun kelakuan Putra seperti itu , om dan tante ku tetap sayang kepadanya. Hanya sesekali mereka marah kepada nya. Tetapi setelah itu mereka baik lagi dengan Putra.
Sedangkan aku , aku di asuh oleh orang yang salah. Aku lahir tepat tanggal 3 januari 1992. Entah hanya berapa minggu atau bulan aku diasuh oleh orang tuaku. Pada saat itu kondisi keuangan keluarga ku sangat tidak baik. Sehingga aku di titipkan kepada adik perempuan ayahku. Aku diasuh dengan keluarga adik ayahku itu. Setahun , dua tahun , tiga tahun mungkin aku diasuh dengan cara baik – baik. Tetapi , ketika aku besar , ketika aku duduk di bangku SD , dari situlah awal mula permasalahan yang sering terjadi kepada ku. Aku sering dimarahi , dicaci maki , smpai ia main tangan kepadaku. Siapa lagi kalau bukan ibu angkat ku , yahh adik perempuan ayahku itu. Entah mimpi apa aku diasuh sama orang tua seperti itu. Tetapi disisni , aku punya seorang papah yang baik sekali. Ia selalu membela aku ketika aku hendak dimarahi ibu angkat ku itu, yang biasa aku sebut dengan nesir. Ketika aku dipukuli sama nesir itu , Papahku selalu membelaiku. Aku sangat sayang kepadanya.
Ada saja yang jadi permasalahan sehingga aku dimarahinya. Aku ingat ketika aku membawa mukena ke sekolah , dan aku tidak menggunakannya. Bukan berarti aku tidak melaksanakan sholat di sekolah, aku melaksanakan sholat tetapi aku tidak menggunakan mukena yang aku bawa. Ketika sampai dirumah ibu angkatku memeriksa tasku dan melihat mukena ku masih rapih. Ia menyangka kalau aku tidak melaksanakan sholat. Aku bersusah payah untuk menjelaskan tetapi ia tidak percaya. Sampai akhir nya , mukena itu dikeluarkan dan dimasukan kedalam bak kamar mandi dan di lontarkan ke badanku. Ia memukul ku memakai mukena yang agak basah itu ke tubuhku. Sontak aku kaget dan seperti biasa aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang aku terima. Pada saat itu tidak ada papah disamping ku. Sehingga tidak ada yang membelaku. Perlakuan ibu angkat ku itu tidak terhenti disitu. Disisi lain ketika aku belajar untuk menghadapi ujian sekolah , aku memang diajarkan olehnya. Tetapi ketika aku tidak bisa menjawab , aku selalu dimarahin. Cubitan dan tamparan pun sering melayang ditubuhku. Aku pun  masih ingat ketika ia melemparkan penggaris ke kepalaku, ujung penggaris itu mengenai pinggir mata ku dan alhasil berdarah. Lagi – lagi aku hanya bisa menangis dan menerima saja. Jujur , aku lelah dengan semua perlakuan ibu angkat ku itu. Aku pun mencari tahu , siapa ibu angkat ku itu. Karena pada saat itu aku tidak tahu kalau mereka orang tua angkat ku.
Lalu aku membuka raport untuk melihat lihat nilai. Karena pada saat itu sedang pembagian raport. Tetapi aku pun melihat nya dirumah. Ketika aku melihat lihat , tidak sengaja aku membuka halaman pertama dari raport itu. Ya , halaman pertama itu jelas tertulis biodata lengkap tentang diriku. Ketika aku membaca nama kedua orang tua ku, aku tersontak kaget melihat nama yang tertera disitu. Nama ayah dan ibu ku tidak sama dengan nama orangtua yang berada dirumah. Aku langsung menanyakan kepada ibu angkat ku “ ini kenapa nama orang tua nya beda?” lalu ibuku menjawab “oh, itu ketuker” memang aku masih kecil , sehingga aku menerima jawaban yang di lontarkan ibu angkatku itu. Aku pun tidak memeprdulikan nya.
Kesedihanku , kesakitanku tidak terhenti sampai disitu. Aku masih saja dimarahi bahkan dipukuli oleh ibu angkatku. Masalah sepele bisa menjadi besar bahkan masalah yang sudah berlalu selalu diingat dan di jadikan maslah kembali. Seiring berjalannya waktu, aku pun selau mencari tahu tentang diriku sebenarnya. Sampai akhirnya , ketika aku duduk dibangku kelas 6 SD , aku mulai curiga dengan keluarga ku. Kebetulan pada saat itu aku menjadi ketua kelas, lalu aku melihat – lihat buku absen yang dipegang oleh sekretarisku. Ketika aku membaca nama ku , aku merasakan hal yang aneh dalam absen itu. Aku membacanya , dan hasilnya nama orang tua ku tidak sama dengan yang dirumah , aku anak ke tiga dari enam bersaudara , dan aku tinggal bersama orang lain. Entah perasaan apa yang terjadi padaku saat itu. Aku pun langsung menannyakan kepada wali kelas ku tentang hal itu. Dan wali kelasku pun menjawab “bapak tidak tahu , bapak hanya mengikuti apa yang ada di selebaran yang udah bapak kasihkn kepada kalian untuk diisi oleh orang tua kalian” aku bingung, akhirnya walikelasku pun mengambil data – data yang waktu itu memang ia berikan kepada murid nya untuk diisi oleh orang tua nya. Aku pun membacanya, memang benar apa yang tertulis disitu. Kepalaku semakin pusing karena bingung dengan apa yang aku lihat pada saat itu. Walikelasku pun menasehatiku agar aku tidak usah memperdulikannya. Tetapi aku tidak tinggal diam , aku masih perlu mencari tau siapa diriku sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar