Malam ini tidak seperti malam biasanya. Tepat
pukul 21.00 tante ku pulang dari tempat kerjanya. Kubuka kan pintu untuk nya.
Ketika ia turun dari mobil nya ia menegur ku dengan rasa kesalnya. Ia marah
kepadaku dikarenakan aku tidak mengajari sepupu ku yang hendak mengikuti Ujian
Nasional. Bukan maksud hati tidak mau mengajari nya , tetapi memang sepupu ku
itu yang susah untuk diajak belajar. Yahhh... lagi – lagi aku tertimpa masalah.
Bagaimanapun posisi aku disini selalu salah. Aku berkata A ya tetap aku yang
salah. Aku berkata B apalagi, tambah salah. Ok aku terima semuanya, cacian
makian yang keluar dari mulut tante ku itu. Aku akuin aku yang salah. tetapi , ketika
aku sedang dilanda masalah ibu angkat ku yang biasa aku sebut dengan nenek sihir
itu ikut campur dalam masalah ini. Aku pun tidak suka dengan perbuatannya.
Dalam masalah ini
hanya aku , putra (sepupu ku itu) dan tante ku. Tetapi mengapa nene sihir itu
mencampuri itu semua? Aku terima kalau ia bilang dengan nada suara yang pelan ,
tapi ini? Seperti ia memarahiku dengan
nada tinggi nya. Jujur aku kasihan dengan putra. Dia selalu dimarahin sana –
sini karena ulah nya.
Wajar ?? iya , bisa di bilang wajar. Karena ia
sedang menjajaki proses kedewasaan. Ditambah ia anak laki – laki yang masih
labil dalam pergaulannya. Terkadang aku memang kesal dengan ulahnya. Tapi
bagaimanapun juga dia sepupu ku yang paling unique.
Nasib putra sama
aku itu sama. Sama – sama diasuh sama keluarga sendiri. Hubungan keluarga
kandung kita masih sama – sama dekat. Bedanya aku dengan Putra , Putra diasuh
sama orang yang beruntung. Keluarga tante aku yang ini memang baik. Apalagi
suami nya. Apapun yang diminta pasti diturutin. Begitulah kehidupan Putra dari
kecil. Ia selalu dimanja dengan om dan tante ku ini. Sifat manja nya masih
kebawa sampai sekarang. Ditambah ayah kandung nya meninggal dunia ketika ia
masih duduk di bangku SD. Mungkin ini cobaan om dan tante ku untuk merawat ank
yatim dengan ulah nya yang membuat kesal setiap orang. Walaupun kelakuan Putra
seperti itu , om dan tante ku tetap sayang kepadanya. Hanya sesekali mereka
marah kepada nya. Tetapi setelah itu mereka baik lagi dengan Putra.
Sedangkan aku , aku
di asuh oleh orang yang salah. Aku lahir tepat tanggal 3 januari 1992. Entah
hanya berapa minggu atau bulan aku diasuh oleh orang tuaku. Pada saat itu
kondisi keuangan keluarga ku sangat tidak baik. Sehingga aku di titipkan kepada
adik perempuan ayahku. Aku diasuh dengan keluarga adik ayahku itu. Setahun ,
dua tahun , tiga tahun mungkin aku diasuh dengan cara baik – baik. Tetapi ,
ketika aku besar , ketika aku duduk di bangku SD , dari situlah awal mula
permasalahan yang sering terjadi kepada ku. Aku sering dimarahi , dicaci maki ,
smpai ia main tangan kepadaku. Siapa lagi kalau bukan ibu angkat ku , yahh adik
perempuan ayahku itu. Entah mimpi apa aku diasuh sama orang tua seperti itu.
Tetapi disisni , aku punya seorang papah yang baik sekali. Ia selalu membela
aku ketika aku hendak dimarahi ibu angkat ku itu, yang biasa aku sebut dengan
nesir. Ketika aku dipukuli sama nesir itu , Papahku selalu membelaiku. Aku
sangat sayang kepadanya.
Ada saja yang jadi
permasalahan sehingga aku dimarahinya. Aku ingat ketika aku membawa mukena ke
sekolah , dan aku tidak menggunakannya. Bukan berarti aku tidak melaksanakan
sholat di sekolah, aku melaksanakan sholat tetapi aku tidak menggunakan mukena
yang aku bawa. Ketika sampai dirumah ibu angkatku memeriksa tasku dan melihat
mukena ku masih rapih. Ia menyangka kalau aku tidak melaksanakan sholat. Aku
bersusah payah untuk menjelaskan tetapi ia tidak percaya. Sampai akhir nya ,
mukena itu dikeluarkan dan dimasukan kedalam bak kamar mandi dan di lontarkan
ke badanku. Ia memukul ku memakai mukena yang agak basah itu ke tubuhku. Sontak
aku kaget dan seperti biasa aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang aku
terima. Pada saat itu tidak ada papah disamping ku. Sehingga tidak ada yang
membelaku. Perlakuan ibu angkat ku itu tidak terhenti disitu. Disisi lain
ketika aku belajar untuk menghadapi ujian sekolah , aku memang diajarkan
olehnya. Tetapi ketika aku tidak bisa menjawab , aku selalu dimarahin. Cubitan
dan tamparan pun sering melayang ditubuhku. Aku pun masih ingat ketika ia melemparkan penggaris ke
kepalaku, ujung penggaris itu mengenai pinggir mata ku dan alhasil berdarah.
Lagi – lagi aku hanya bisa menangis dan menerima saja. Jujur , aku lelah dengan
semua perlakuan ibu angkat ku itu. Aku pun mencari tahu , siapa ibu angkat ku
itu. Karena pada saat itu aku tidak tahu kalau mereka orang tua angkat ku.
Lalu aku membuka
raport untuk melihat lihat nilai. Karena pada saat itu sedang pembagian raport.
Tetapi aku pun melihat nya dirumah. Ketika aku melihat lihat , tidak sengaja
aku membuka halaman pertama dari raport itu. Ya , halaman pertama itu jelas
tertulis biodata lengkap tentang diriku. Ketika aku membaca nama kedua orang
tua ku, aku tersontak kaget melihat nama yang tertera disitu. Nama ayah dan ibu
ku tidak sama dengan nama orangtua yang berada dirumah. Aku langsung menanyakan
kepada ibu angkat ku “ ini kenapa nama orang tua nya beda?” lalu ibuku menjawab
“oh, itu ketuker” memang aku masih kecil , sehingga aku menerima jawaban yang
di lontarkan ibu angkatku itu. Aku pun tidak memeprdulikan nya.
Kesedihanku ,
kesakitanku tidak terhenti sampai disitu. Aku masih saja dimarahi bahkan
dipukuli oleh ibu angkatku. Masalah sepele bisa menjadi besar bahkan masalah
yang sudah berlalu selalu diingat dan di jadikan maslah kembali. Seiring
berjalannya waktu, aku pun selau mencari tahu tentang diriku sebenarnya. Sampai
akhirnya , ketika aku duduk dibangku kelas 6 SD , aku mulai curiga dengan
keluarga ku. Kebetulan pada saat itu aku menjadi ketua kelas, lalu aku melihat
– lihat buku absen yang dipegang oleh sekretarisku. Ketika aku membaca nama ku
, aku merasakan hal yang aneh dalam absen itu. Aku membacanya , dan hasilnya
nama orang tua ku tidak sama dengan yang dirumah , aku anak ke tiga dari enam
bersaudara , dan aku tinggal bersama orang lain. Entah perasaan apa yang
terjadi padaku saat itu. Aku pun langsung menannyakan kepada wali kelas ku
tentang hal itu. Dan wali kelasku pun menjawab “bapak tidak tahu , bapak hanya
mengikuti apa yang ada di selebaran yang udah bapak kasihkn kepada kalian untuk
diisi oleh orang tua kalian” aku bingung, akhirnya walikelasku pun mengambil
data – data yang waktu itu memang ia berikan kepada murid nya untuk diisi oleh
orang tua nya. Aku pun membacanya, memang benar apa yang tertulis disitu.
Kepalaku semakin pusing karena bingung dengan apa yang aku lihat pada saat itu.
Walikelasku pun menasehatiku agar aku tidak usah memperdulikannya. Tetapi aku
tidak tinggal diam , aku masih perlu mencari tau siapa diriku sebenarnya.